Sebaris
kata itu hidup dalam kata. Karena selalu berdampingan dengan kata, maka aneh
bila suatu hari ia tak ada.
Malam
telah menggelar altarnya pada dunia. Ditemani hujan dan nyanyian rintiknya,
jemariku bermain pada tuts komputer usang karena telah lama aku tinggali. Kini,
kugali lagi sisa-sisa sebaris kata itu yang –mungkin– masih tersimpan rapi
dalam kata.
Aku akan mencoba.
Sekuat dan semampu yang aku bisa.
Jam
berdetak lebih cepat.
Jantung
kian berkejaran dengan waktu.
Jemariku
masih asik bermain pada tuts komputer; sedang sesekali hujan menyuruh untuk lebih
cepat menemukan sebaris kata itu.
Kemudian tiba-tiba gelap.
Kini gantian air
mataku yang bermain pada tuts komputer.
Selasa, 05 Februari 2013
21:53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar