Kamis, 15 November 2012

RASA INI

 Untuk seseorang disana, siapa saja.

 
Namun salahkah aku, bila ku pendam rasa ini?

Selasa malam. Seharusnya sekarang aku memfokuskan diriku pada ulangan Kimia besok. Tentang bagaimana mengubah entalpi reaktan menjadi entalpi produk. Atau tentang bagaimana menghapalkan berbagai rumus perubahan energi yang menggunung itu. Atau apapun –yang seharusnya ku pikirkan sekarang. Bukan memikirkan pesan singkatmu tadi.
            Entah dan entah, semuanya terjadi begitu saja. Ia hanya berkelebat –kemudian berdebat tentang apa yang harus ku perbuat. Aku kira perasaanku ini hanya sekedar kekaguman terhadap bakatmu saja, tapi ternyata aku salah. Perasaanku terlalu dalam, hingga menimbulkan air mata yang jatuh diam-diam.
            Aku tak mengerti, mengapa ini bisa terjadi. Aku bahkan tak menyangka bagaimana kau bisa bermuka dua. Pantas saja, kemarin aku melihat matamu berbicara bahwa kau sedang lelah. Lalu tadi, kau tak menemuiku seperti biasanya. Kau berubah. Dan ini semua karena dia. Dalam waktu yang tak lama.
            Aku kecewa tapi itu tak dapat merubah segala rasa yang ada. Ah, mengapa harus selalu seperti ini? Ketika aku tak pernah merasakan indahnya dicintai dan mencintai. Selalu sakit. Selalu air mata. Selalu dan selalu seperti ini alurnya. Ingin menyalahkan siapa jika sudah seperti ini? Tuhan? Tidak mungkin. Terkadang aku berfikir, sebenarnya Dia sudah memberiku peringatan tapi aku tak mau mendengar. Inikah pembalasan-Nya? Tapi bukankah cinta seperti itu? Mengikuti kata hati. Walaupun harus makan hati sendiri.
            Memangnya, hakikat cinta itu seperti apa? Bahagia? Terluka? Suka? Atau duka? Haruskah jika aku yang merasakan hakikat cinta yang terluka dan tak pernah ada suka? Dulu sebelum menyukaimu –saat aku menyukai orang lain, aku selalu memendam perasaan cemburu. Sekarang ketika sudah menyukaimu aku juga memendam perasaan yang sama.
            Aku tak suka jika kau masih terikat oleh masa lalumu. Aku tau setiap orang memang berhak terhadap masa lalunya. Tapi hidup terus berjalan, kau tau? Dan berjalan itu ke depan, bukan ke belakang. Tak bisakah kau lihat perjuanganku untukmu sekarang? Tak bisakah kau melupakan dia dan coba mencintaiku? Tak bisakah kau membuat aku dan kamu menjadi kita? Sesulit apakah memulai cinta baru bagimu? Aku saja sudah melepaskan masa laluku kemudian mencoba mencintaimu, tapi mengapa kau tak memberi reaksi yang sama?
            Cinta tak memaksa. Ya aku tau itu. Tapi sampai kapan? Haruskah aku pergi dahulu dari hidupmu, kemudian kau baru menyadari keberadaanku? Terlalu banyak pertanyaanku sampai-sampai tak ada yang bisa kau jawab.
            Mendekatlah. Coba hargai keberadaanku. Tak ingatkah kau dulu bagaimana masa lalumu menyakiti hatimu? Mengapa masih terus kau perjuangkan? Lebih baik melihatku lalu menjalani cinta baru, bukan? Aku tak pernah berjanji untuk menghapus lukamu. Tapi yang ku tau, aku akan menutupi lukamu dengan caraku sendiri. Membuatmu bahagia. Selamanya.

Selasa, 13 Nopember 2012
20:17



1 komentar:

  1. cinta yang sesungguhnya adalah membiarkan orang yang kita cintai bahagia, walaupun artinya dia tak bersama kita, dan melukai hati kita

    BalasHapus

Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2NEfURgcc