Terkadang, lenganku selalu ingin menembus dinding kenangan
itu. Membuka rahasia di setiap celahnya. Air mata mengiringi lentiknya jemariku,
dengan kuku-kuku yang mengais pada semua hal manis.
Aku ingat, bagaimana dirimu membangun dinding itu. Bersama
segala senyap dalam kukuh-kukuh hatiku yang lindap. Senja itu telah lama
kembali di wajahmu, sekejap setelah harap dalam tubuhku mengendap.
Mungkin, waktu sengaja memisahkan kita. Aku melihatnya, saat
api jiwamu membakar semua rasa dalam tubuhku. Angin membawa segala yang ku
punya –segala kenangan kita.
Aku ingin menjadi asap di balik dinding kenangan itu. Mengudara
bersama rasa, kemudian akan kau hirup selamanya. Aku ingin kau tahu bagaimana
aku bisa tertawa bahagia; dengan cara yang sederhana.
28-10-2012
21:43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar