Mentari pagi memancarkan sinarnya,
membuat sedikit udara dikota ini menjadi gersang. Namun, aku tetap senang.
Kutembus indahnya mentari pagi dengan rasa bebas tak berbekas. Setelah sebulan,
menempuh jarak yang lumayan melelahkan, kini ku telah mencapai tujuan.
Menjejaki setitik kemenangan. Terima kasih, Tuhan. Ucapku tulus sambil
mendengar gema takbir di seluruh penjuru negeri ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Lailaha Illahu Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilham. Sayup demi
sayup takbir terdengar begitu suci, begitu murni. Terima kasih, Tuhan. Ucapku
sekali lagi.
Kupercepat langkah menuju mesjid
diujung gang. Sudah penuh rupanya. Aku mencari tempat yang masih kosong. Dan
kutemukan itu di pojok mesjid ini.
Kuhampari sejadahku, siap untuk
bersujud kpd Sang Maha Agung. Gema takbir masih terdengar, membuat satu demi
satu kalimatnya menyentuh dadaku, perlahan, namun ku tau ada magnet kuat
disana. Aku merasa dekat dengan Tuhanku, Penciptaku, Kekasihku. Terima kasih
Tuhan, atas semua hal yang telah Kau berikan.
Tak tau harus mengucapkan apa,
hambaMu ini benar-benar tak ingin Kau lepaskan, menyusuri langkah kehidupannya
sendirian. Izinkan aku terus bersamamu, Tuhan. Dalam siang malam, bersama gelap
terang.
Ku rasakan air mataku menetes satu
persatu, menggambarkan penyesalan yang tergores dihatiku. Dulu lukanya kecil,
sekarang telah menjadi sebesar....aku tak tau.
1 Syawal 1433H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar