Saya
sedang duduk dengan mata yang takterlepas dari fotomu. Kemudian saya tersenyum,
memutar ulang kenangan yang telah saya perjuangankan untuk mendapatkan secuil
perhatian. Tanpa kamu pernah sadar apa yang telah saya lakukan.
Sudah lama sekali rasanya saya
melakukan ini: tersenyum sendirian ketika mengingat kejadian bersamamu,
memotret senyummu diam-diam dan memutar ulang setiap malam, bahkan
uring-uringan saat kamu tak pernah datang untuk berbincang dengan saya sebentar.
Atau merasakan ini: merindukan tanpa pernah
dirindukan, melukiskan harapan tanpa pernah tahu kapan ada kepastian, sampai
menunggu kedatangan seseorang yang takkan pernah datang.Rasanya lelah –tapi
saya belum ingin menyerah. Entahlah, mungkin ini cinta dari seseorang yang tak
mengerti apa itu cinta.
Sampai saatnya, saya sadar bahwa
kamu hanya menganggap saya teman.
Hanya untuk hubungan pertemanan.
Tak lebih.
Kemudian, ketika suatu hari saya sedang
sendirian di dalam kamar, saya memikirkan ini: untuk apa perjuangan yang selama
ini saya lakukan jika selalu berbalas pengabaian? Untuk apa saya melukiskan
harapan jika dengan mudah kamu mengucapkan kata perpisahan? Jadi...untuk apa
saya mengharapkan seseorang yang tak pernah memberikan harapan kepastian?
Sejak saat itu, saya menyadari satu
hal: kamu tak pantas saya perjuangankan.
Jika hanya berbalaskan pengabaian dan berakhir hanya dengan pertemanan,
saya rasa perjuangan saya percuma. Sebelum saya terlambat, saya akan
menghapuskan perasaan dan belajar meninggalkan.
Mungkin ini gila –menghapus perasaan
yang telah berkarat memang tak mudah, tapi saya hanya tak ingin waktu saya
terbuang untuk seseorang yang tak pernah menghargai segala perhatian dari
seseorang yang memberikan rasa sayang. Menyesalah, Sayang. Saat saya pergi,
kamu takkan pernah saya terima lagi bahkan untuk sekedar kembali. Saya sudah
lelah. Sudah sangat lelah berjuang sendirian. Dan selalu berakhir pengabaian.
Selamat tinggal,
Perjuangan!:’)
07-03-2013
07-03-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar