Kata
orang aku ceria.
Jadi,
kalau aku terlihat sedang bersedih, aku akan cerita. Pada beberapa orang yang
aku percaya. Maka, orang-orang itu milihat diriku dari sisi yang berbeda, bukan
dari aku yang biasa. Kadang mereka serentak berkata, “ini bukan lo,” atau “gue
gak nyangka lo sedramatis ini,” serta ungkapan-ungkapan lain yang hanya kubalas
dengan senyum terpaksa.
Sekarang,
akan aku ceritakan pada kalian. Akan aku perlihatkan bagaimana aku menjadi
sosok yang berbeda. Guruku pernah berkata seperti ini, “jika kalian punya
impian. Maka tulis, tulis, dan tulis. Lalu tempelkan itu pada dinding kamar
kalian. Karena itu salah batu loncatan harapan.”
Ini
mungkin hanya tentang harapan-harapan yang dapat ku tulis tanpa pernah tahu
kapan akan kurealisasikan.
Aku
suka menulis. Jadi hal yang ada pada puncak harapanku adalah menjadi penulis.
Kenapa aku suka menulis? Karena kata akan mewakilkan suara. Tanpa bising –karna
aku suka hening. Orang-orang akan merasakan apa yang aku rasakan, tanpa harus
mendengarkan teriakan dari suaraku yang cempreng ini. menulis membuat seluruh
ragaku mendengarkan celotehan alam, menulis membuatku tenang, dan menulis
membuatku ada. Tulisan adalah muntahan perasaan diam.
Tapi,
tulisanku disini hanya tulisan. Hanya hobi yang akan terus kusalurkan.
Kedua,
aku suka fisika. Harapanku selanjutnya adalah lulus dengan nilai fisika diatas
8. Fisika menghilangkan rasa pusing pada otakku. Fisika adalah pelampiasan.
Sesuatu yang hanya akan diam jika aku berteriak pada deretan rumusnya. Yang
hanya akan mendengarkan tanpa mengeluh. Fisika membuatku melihat kenangan yang
dibuat alam.
Tak
jarang fisika membuatku menangis. Bertekuk lutut pada soal yang tak bisa aku
selesaikan. Tapi itu yang namanya hidup, kan? Kau harus menemui kesulitan untuk
mencapai puncak. Jadi, aku akan terus menyukai fisika. Sampai kapanpun.
Aku
juga suka mendengarkan. Jadi, terkadang ada sebersit harapan untuk menjadi
psikolog. Kalian tau mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut?
Karena Dia menyuruh makhluk-Nya untuk lebih mendengarkan daripada berbicara.
Namun pada kenyataannya, manusia lebih suka menceritakan daripada mendengarkan
cerita orang. Aku juga seperti itu, tapi aku suka mendengarkan. Saat seseorang
menceritakan apa yang dia rasakan, aku seperti menjadi bagian darinya. Aku
merasakan apa yang dia rasakan. Sesederhana itu –aku senang menjadi pendengar.
Terakhir,
yang menjadi bagian paling bawah pada list harapanku, aku ingin dicintai. Oleh
siapapun. Jika dicintai oleh orang yang aku cintai, anggap saja itu bonus. Aku
ingin membuat semua orang bersemangat saat melihat ceria itu terpancar pada
wajahku. Meski itu hanya pura-pura. Tak apa. Yang penting mereka bahagia dan
aku dicintai. Itu saja.
Selesai.
Kalian
akan menemukan banyak kata “tapi” pada tulisanku kali ini. Karena memang,
-seperti kata Dee, realistis dan idealis beda tipis!
Bye!
Sampai ketemu di tulisanku selanjutnya.Jum'at, 25-Januari-2013
13:05 di Ruang Akademik.
seep...
BalasHapustulisan mewakili yang tidak bisa diungkapkan...
(tau dech...apa maksudnya)...
jangan berhenti menulis...
tapi berhentilah mengeluh...
Iya om. Ayo semangat HAPHAPHAP!
BalasHapusIya om. Ayo semangat HAPHAPHAP!
BalasHapus