Jumat, 25 Januari 2013

Hopelist or Hopeless?:')


Kata orang aku ceria.
Jadi, kalau aku terlihat sedang bersedih, aku akan cerita. Pada beberapa orang yang aku percaya. Maka, orang-orang itu milihat diriku dari sisi yang berbeda, bukan dari aku yang biasa. Kadang mereka serentak berkata, “ini bukan lo,” atau “gue gak nyangka lo sedramatis ini,” serta ungkapan-ungkapan lain yang hanya kubalas dengan senyum terpaksa.
Sekarang, akan aku ceritakan pada kalian. Akan aku perlihatkan bagaimana aku menjadi sosok yang berbeda. Guruku pernah berkata seperti ini, “jika kalian punya impian. Maka tulis, tulis, dan tulis. Lalu tempelkan itu pada dinding kamar kalian. Karena itu salah batu loncatan harapan.”
Ini mungkin hanya tentang harapan-harapan yang dapat ku tulis tanpa pernah tahu kapan akan kurealisasikan.
Aku suka menulis. Jadi hal yang ada pada puncak harapanku adalah menjadi penulis. Kenapa aku suka menulis? Karena kata akan mewakilkan suara. Tanpa bising –karna aku suka hening. Orang-orang akan merasakan apa yang aku rasakan, tanpa harus mendengarkan teriakan dari suaraku yang cempreng ini. menulis membuat seluruh ragaku mendengarkan celotehan alam, menulis membuatku tenang, dan menulis membuatku ada. Tulisan adalah muntahan perasaan diam.
Tapi, tulisanku disini hanya tulisan. Hanya hobi yang akan terus kusalurkan.
Kedua, aku suka fisika. Harapanku selanjutnya adalah lulus dengan nilai fisika diatas 8. Fisika menghilangkan rasa pusing pada otakku. Fisika adalah pelampiasan. Sesuatu yang hanya akan diam jika aku berteriak pada deretan rumusnya. Yang hanya akan mendengarkan tanpa mengeluh. Fisika membuatku melihat kenangan yang dibuat alam.
Tak jarang fisika membuatku menangis. Bertekuk lutut pada soal yang tak bisa aku selesaikan. Tapi itu yang namanya hidup, kan? Kau harus menemui kesulitan untuk mencapai puncak. Jadi, aku akan terus menyukai fisika. Sampai kapanpun.
Aku juga suka mendengarkan. Jadi, terkadang ada sebersit harapan untuk menjadi psikolog. Kalian tau mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut? Karena Dia menyuruh makhluk-Nya untuk lebih mendengarkan daripada berbicara. Namun pada kenyataannya, manusia lebih suka menceritakan daripada mendengarkan cerita orang. Aku juga seperti itu, tapi aku suka mendengarkan. Saat seseorang menceritakan apa yang dia rasakan, aku seperti menjadi bagian darinya. Aku merasakan apa yang dia rasakan. Sesederhana itu –aku senang menjadi pendengar.
Terakhir, yang menjadi bagian paling bawah pada list harapanku, aku ingin dicintai. Oleh siapapun. Jika dicintai oleh orang yang aku cintai, anggap saja itu bonus. Aku ingin membuat semua orang bersemangat saat melihat ceria itu terpancar pada wajahku. Meski itu hanya pura-pura. Tak apa. Yang penting mereka bahagia dan aku dicintai. Itu saja.
Selesai.
Kalian akan menemukan banyak kata “tapi” pada tulisanku kali ini. Karena memang, -seperti kata Dee, realistis dan idealis beda tipis!
Bye! Sampai ketemu di tulisanku selanjutnya.

Jum'at, 25-Januari-2013
13:05 di Ruang Akademik.

3 komentar:

  1. seep...
    tulisan mewakili yang tidak bisa diungkapkan...
    (tau dech...apa maksudnya)...
    jangan berhenti menulis...
    tapi berhentilah mengeluh...

    BalasHapus

Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2NEfURgcc